Seiring berkembangnya wacana pengelolaan keuangan yang lebih bijak, konsep *frugal living* semakin populer di kalangan masyarakat. Frugal living, atau gaya hidup hemat, adalah pola hidup yang mengedepankan efisiensi dalam pengeluaran tanpa mengorbankan kualitas hidup. Gaya hidup ini relevan di tengah berbagai tantangan ekonomi, termasuk kebijakan pemerintah terkait kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dijadwalkan berlaku pada tahun 2025.
Kenaikan PPN dan Dampaknya
Pemerintah Indonesia telah merencanakan kenaikan tarif PPN dari 11% menjadi 12% pada tahun 2025, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP). Kebijakan ini bertujuan meningkatkan penerimaan negara untuk mendukung pembangunan dan pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Namun, dampaknya tidak terlepas dari berbagai sisi kehidupan masyarakat.
Kenaikan PPN akan menyebabkan harga barang dan jasa yang dikenakan pajak menjadi lebih tinggi. Akibatnya, daya beli masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah, berpotensi tertekan. Di sisi lain, bagi masyarakat kelas atas, dampak kenaikan ini mungkin tidak terlalu signifikan.
Ajakan Frugal Living Sebagai Respons
Konsep frugal living menjadi salah satu cara masyarakat menghadapi kenaikan PPN. Berikut beberapa alasan mengapa gaya hidup ini dapat menjadi solusi:
1. Mengelola Prioritas Pengeluaran
Dengan kenaikan PPN, pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, pakaian, dan transportasi, bisa meningkat. Melalui frugal living, masyarakat dapat memprioritaskan pengeluaran pada kebutuhan yang benar-benar penting, mengurangi pembelian impulsif, dan mengalokasikan uang untuk hal yang lebih bernilai, seperti investasi atau pendidikan.
2. Meningkatkan Kesadaran Finansial
Frugal living mendorong masyarakat untuk lebih sadar terhadap arus keuangan mereka. Dengan mencatat dan mengontrol pengeluaran, masyarakat dapat mengidentifikasi pengeluaran mana yang dapat ditekan tanpa mengurangi kenyamanan hidup.
3. Mengurangi Ketergantungan pada Konsumerisme
Kenaikan PPN dapat mendorong masyarakat untuk mengurangi pola konsumsi berlebihan yang tidak esensial. Gaya hidup hemat mengajarkan pentingnya memilih barang dan jasa yang benar-benar dibutuhkan, sehingga masyarakat dapat lebih bijak dalam menghadapi kenaikan harga akibat kenaikan PPN.
4. Meningkatkan Tabungan dan Investasi
Dengan mengadopsi frugal living, masyarakat dapat menyisihkan lebih banyak uang untuk ditabung atau diinvestasikan. Hal ini membantu mereka lebih siap menghadapi tekanan finansial di masa depan, termasuk saat harga barang dan jasa semakin meningkat.
Frugal Living: Bukan Hanya Hemat, tetapi Bijak
Penting untuk memahami bahwa frugal living bukan sekadar mengurangi pengeluaran, tetapi juga tentang pengelolaan uang secara bijaksana. Misalnya, membeli barang berkualitas dengan harga lebih tinggi namun lebih awet dapat lebih ekonomis dalam jangka panjang dibandingkan membeli barang murah yang cepat rusak.
Kenaikan PPN pada tahun 2025 membawa tantangan tersendiri bagi masyarakat, terutama dalam mengelola pengeluaran. Ajakan untuk menjalani frugal living menjadi relevan sebagai respons terhadap kebijakan ini. Dengan pola hidup hemat dan bijak, masyarakat dapat tetap menjaga keseimbangan keuangan mereka meski menghadapi kenaikan harga barang dan jasa.
Penerapan frugal living, jika dilakukan secara konsisten, tidak hanya membantu individu atau keluarga, tetapi juga berkontribusi pada stabilitas ekonomi nasional dengan mengurangi ketergantungan pada konsumsi berlebihan. Oleh karena itu, gaya hidup ini patut dipertimbangkan sebagai langkah adaptif menghadapi perubahan kebijakan ekonomi di masa depan.
Comments